02
Judul Buku : Azab dan Sengsara
Karya : Merari Siregar
Penerbit : Balai Pustaka, terbitan XVII, 2000
Angkatan : 20-an
Jumlah halaman : 124 halaman
a.Tema
Adat dan kebiasaan yang kurang baik di tengah-tengah masyarakat dapat membawa azab dan sengsara.
b. Tokoh
Mariamin : Baik, pengiba, rajin, ramah, penyabar, dan pemaaf
Aminu’ddin : Baik, rajin, pengiba, pandai, dan berbakti.
Sutan Baringin atau Ayah Mariamin : Pemarah, malas, tamak, angkuh, dan bengis.
Nuria atau Ibu Mariamin : Penyabar, sederhana, setia, dan pengiba
Baginda Diatas atau Ayah Aminu’ddin : Baik, rajin, dan bijaksana.
Ibu Aminu’ddin : Baik, pengiba, dan setia.
Kasibun : Jahat, bengis, pandai dalam tipu daya, buas, dan ganas
Marah Sait : Jahat, dan suka menghasut
c. Latar
Waktu : Senja, malam hari, pagi hari, siang hari, dalam perjalanan pulang dari sawah, hari Jum’at
Tempat : Di atas batu besar di sebelah rusuk rumah dekat sungai sipirok, di dalam rumah Mariamin, rumah Aminu’ddin di kampung A, di sawah, di pondok, di jalan, di stasiun, di rumah kerabat Aminu’ddin di Medan, di perahu, di rumah Kasibun di Medan, dikantor polisi, dan tempat peristirahatan terakhir Mariamin selama-lamanya (di kuburan).
d. Amanat
e. Alur Campuran
Pengenalan tokoh, di waktu senja, saat Aminu’ddin berpamitan pada Mariamin hendak pergi ke medan untuk mencari pekerjaan, kemudian menceritakan saat Mariamin dan Aminu’ddin masih kanak-kanak dan orang tua dan keduanya dari sejak menikah kemudian kembali menceritakan Aminu’ddin yang telah berada di medan dan memperoleh pekerjaan, selanjutnya Aminu’ddin menikah dengan gadis lain pilihan ayahnya, setelah dua tahun Mariamin pun menikah dengan orang yang tidak dikenalnya, pernikahannya tidak bahagia dan Mariamin pun bercerai dan kembali ke negerinya sampai ia meninggal dan dikubur di Sipirok kota kelahirannya.
f. Sudut Pandang
Sudut pandang novel ini adalah orang ketiga
g. Gaya Penulisan
Gaya Penulisan dalam Novel Azab dan Sengsara mempergunakan bahasa melayu dan juga banyak sekali mempergunakan majas khususnya majas metafora dan personifikasi yang memberikan kesan lebih indah didalam melukiskan suasana dalam novel tersebut.
Identitas
Buku
Judul Buku : Azab dan Sengsara
Karya : Merari Siregar
Penerbit : Balai Pustaka, terbitan XVII, 2000
Angkatan : 20-an
Jumlah halaman : 124 halaman
Unsur-unsur
intrinsik Novel
a.Tema
Adat dan kebiasaan yang kurang baik di tengah-tengah masyarakat dapat membawa azab dan sengsara.
b. Tokoh
Mariamin : Baik, pengiba, rajin, ramah, penyabar, dan pemaaf
Aminu’ddin : Baik, rajin, pengiba, pandai, dan berbakti.
Sutan Baringin atau Ayah Mariamin : Pemarah, malas, tamak, angkuh, dan bengis.
Nuria atau Ibu Mariamin : Penyabar, sederhana, setia, dan pengiba
Baginda Diatas atau Ayah Aminu’ddin : Baik, rajin, dan bijaksana.
Ibu Aminu’ddin : Baik, pengiba, dan setia.
Kasibun : Jahat, bengis, pandai dalam tipu daya, buas, dan ganas
Marah Sait : Jahat, dan suka menghasut
c. Latar
Waktu : Senja, malam hari, pagi hari, siang hari, dalam perjalanan pulang dari sawah, hari Jum’at
Tempat : Di atas batu besar di sebelah rusuk rumah dekat sungai sipirok, di dalam rumah Mariamin, rumah Aminu’ddin di kampung A, di sawah, di pondok, di jalan, di stasiun, di rumah kerabat Aminu’ddin di Medan, di perahu, di rumah Kasibun di Medan, dikantor polisi, dan tempat peristirahatan terakhir Mariamin selama-lamanya (di kuburan).
d. Amanat
- · Janganlah menjadi orang yang serakah
- · Jangan mengambil hak milik orang lain
- · Tabahlah dalam menghadapi segala cobaan
- · Adat dan kebiasaan yang kurang baik sebaiknya di hilangkan agar tidak menyengsarakan bagi orang yang menjalankannya.
- · Jangan mengambil hak milik orang lain
e. Alur Campuran
Pengenalan tokoh, di waktu senja, saat Aminu’ddin berpamitan pada Mariamin hendak pergi ke medan untuk mencari pekerjaan, kemudian menceritakan saat Mariamin dan Aminu’ddin masih kanak-kanak dan orang tua dan keduanya dari sejak menikah kemudian kembali menceritakan Aminu’ddin yang telah berada di medan dan memperoleh pekerjaan, selanjutnya Aminu’ddin menikah dengan gadis lain pilihan ayahnya, setelah dua tahun Mariamin pun menikah dengan orang yang tidak dikenalnya, pernikahannya tidak bahagia dan Mariamin pun bercerai dan kembali ke negerinya sampai ia meninggal dan dikubur di Sipirok kota kelahirannya.
f. Sudut Pandang
Sudut pandang novel ini adalah orang ketiga
g. Gaya Penulisan
Gaya Penulisan dalam Novel Azab dan Sengsara mempergunakan bahasa melayu dan juga banyak sekali mempergunakan majas khususnya majas metafora dan personifikasi yang memberikan kesan lebih indah didalam melukiskan suasana dalam novel tersebut.
Sinopsis
Suatu keluarga mempunyai dua orang anak,
seorang bernama Tohir (setelah dewasa bergelar Sutan Baringin), dan seorang
lagi perempuan, adik Sutan Baringin yang kemudian menikah dengan Sutan di atas,
seorang Kepala Kampung A dari Luhak Sipirok, dan mempunyai seorang anak tunggal
laki-laki bernama Aminu'ddin.
Ayah Sutan Baringin bersikap keras
dalam mendidik sutan Baringin, dan sikap ini bertentangan dengan istrinya yang selalu
memanjakan Sutan Baringin. Apapun yang diminta Sutan Baringin selalu dipenuhi. Akibatnya,setelah dewasa ia
tumbuh menjadi seorang pemuda yang angkuh, bertabiat buruk, serta suka menghambur-hamburkan
harta orang tuanya. Kedua orang tuanya menikahkan Sutan Baringin dengan Nuria,
seorang wanita yang berbudiluhur pilihan ibunya. Namun, kebiasaan buruk Sutan
Baringin tetap dilakukannya sekalipun ia telah berkeluarga. Ia tetap
berfoya-foya menghabiskan harta benda kedua orang tuanya, bahkan ia sering
berjudi dengan Marah Sait, sahabat karibnya. Ketika ayahnya meninggal, tabiat buruknya
semakin menjadi-jadi. Bahkan ia tidak sungkan-sungkan untuk menghabiskan
seluruh harta warisan untuk berjudi. Akibatnya, hanya dalam waktu sekejap saja,
harta warisan yang diperolehnya terkuras habis. Ia pun jatuh miskin dan
memiliki banyak utang. Dari
perkawinannya dengan Nuria, Sutan Baringin mempunyai dua orang anak, yang satu adalah perempuan bernama Mariamin, sedangkan
yang satunya lagi laki-laki. Mariamin sangat
menderita akibat tingkah
laku ayahnya. Ia selalu dihina oleh warga kampung, karena hidupnya sengsara, cinta
kasih wanita yang berbudi luhur ini dengan Aminu’ddin pun mendapat halangandari
kedua orang tua Aminu’ddin.
Persahabatan Aminudin dan Mariamin
terjalin semenjak masa kanak-kanak. Menginjak remaja, hubungan keduanya
beranjak menjadi hubungan percintaan. Aminu’ddin hendak mempersunting Mariamin.
Ia mengutarakan niatnya pada kedua orang tuanya. Ibunya tidak keberatan,
tersebab ayah Mariamin, Sutan Baringin, adalah kakak kandungnya.
Namun, ayah Aminu’ddin, Baginda Diatas
berpandangan berbeda. Mariamin tak layak untuk menikah dengan putranya.
Sebagai kepala kampung yang kaya dan
disegani di daerah Sipirok ia merasa derajat sosialnya akan direndahkan apabila
anaknya menikah dengan anak dari almarhum Sutan Baringin; bangsawan kaya raya
yang jatuh miskin akibat boros dan serakah itu. Baginda Diatas menginginkan
anaknya menikah dengan anak bangsawan kaya yang terhormat. Ia pun menyusun
siasat untuk menggagalkan pernikahan Aminu’ddin dengan Mariamin dengan
melibatkan seorang dukun.
Demikianlah, Baginda Diatas mengajak
istrinya menemui dukun itu untuk meminta pertimbangan atas peruntungan anaknya
kelak jika menikah dengan Mariamin. Dukun yang sebelumnya telah dibayar untuk
menjalankan siasat Baginda Diatas itu meramalkan jika Aminu’ddin menikah dengan
Mariamin maka hidupnya tidak akan bahagia. Istrinya pun termakan ramalan palsu
itu. Mereka membatalkan niat untuk menikahkan anaknya dengan Mariamin. Sebagai
ganti, mereka meminang anak gadis dari keluarga kaya yang sederajat kebangsawanan
dan kekayaannya dengan baginda Diatas.
Aminu’ddin yang telah bekerja sebagai
pegawai rendah di Medan begitu berbunga-bunga hatinya, ketika sebuah telegram
dari ayahnya sampai kepadanya. Ayahnya menjanjikan akan mengantar calon
istrinya ke medan. Namun, betapa kecewa ketika yang mendapati bahwa calon istri
yang diantarkan oleh ayahnya itu bukanlah Mariamin. Sifat Kepatuhan kepada
orang tua yang dimiliki Aminu’ddin membuat ia tiada mungkin menolak
pernikahannya dengan gadis itu. Dengan hati luka, Aminu’ddin mengabari Mariamin
melalui surat. Mariamin menerima surat itu dengan perasaan kecewa. Namun, apa
boleh buat? Aminu’ddin telah memilih untuk menerima gadis yang dipilihkan oleh
orang tuanya.
Satu tahun setelah peristiwa itu,
ibunda Mariamin menjodohkan anaknya dengan Kasibun, lelaki yang tiada jelas
benar asal usulnya. Kasibun mengaku bekerja sebagai kerani di Medan. Ibunya
berharap, pernikahan anaknya dengan Kasibun akan mengurangi beban penderitaan
mereka. Belakangan barulah diketahui Kasibun ternyata telah beristri, dan
menceraikan istrinya itu sebab ingin menikahi Mariamin.
Kasibun membawa Mariamin ke Medan. Namun,
penderitaan yang diderita Mariamin tidak kian berkurang. Kasibun memiliki
penyakit kelamin. Sebab itu Mariamin sering menghindar ketika diajaknya behubungan
intim. Pertengkaran demi pertengkaran tak dapat lagi dihindarkan. Kasibun tak
segan-segan main tangan kepada istrinya.
Suatu ketika, Aminu’ddin datang
bertandang ke rumah Kasibun, dengan tiada disengaja berjumpa dengan Mariamin.
Pertemuan yang sesungguhnya berlangsung secara wajar antara kekasih lama itu
membangkitkan cemburu di hati Kasibun. Lelaki itu menghajar Mariamin
sejadi-jadinya. Kesabaran Mariamin yang telah melampaui batas, membuat Mariamin
melaporkan hal itu ke kantor polisi. Ia melaporkan segala keburukan yang telah
dilakukan oleh suaminya pada polisi. Dan polisi pun kemudian memutuskan bahwa
Kasibun harus membayar denda sekaligus memutuskan tali perkawinannya dengan
Mariamin.
Setelah resmi
bercerai dengan Kasibun, dia kembali ke kampung halamannya dengan hati yang hancur.
Kesengsaraan dan penderitaan batin serta fisiknya yang
terus mendera dirinya
menyebabkan ia mengalami penderitaan yang berkepanjangan hingga akhirnya ajal
datang merenggut nyawanya.
makasih ya... ini sangat membantu, jdi gk perlu beli bukunya cukup liat blog ini ^_^
BalasHapusAda yang kurang yaitu dihalaman yang terakhir saat kematian mariamin yang berada di pelukan aminudin tidak dijelaskan
BalasHapusAda yang kurang yaitu dihalaman terakhir saat kematian mariamin yang berada di pelukan aminudin tidak dijelaskan
BalasHapus